Saat ini, perusahaan sudah banyak mengadopsi sistem rekrutmen karyawan secara online. Dengan menggunakan metode rekrutmen online, maka para kandidat dapat melakukan tes secara online pula. Namun, banyak yang memanfaatkannya untuk melakukan kecurangan. Menghindari hal itu, perusahaan perlu mengoptimalkan proctoring dengan sistem anti cheating dalam asesmen.
Proctoring merupakan sistem untuk mengawasi suatu tes atau ujian. Biasanya pada tes online, proctoring akan menggunakan software rekrutmen. Sistem ini memungkinkan perusahaan dapat mengamati para kandidat meskipun tidak dalam satu ruangan yang sama. Penerapan proctoring ini agar hasil tes online dapat akurat dan real.
Daftar Isi
Pentingnya Anti Cheating pada Assesment Online
Dalam mengoptimalkan sistem proctoring, rekruter juga harus memiliki anti cheating. Anti cheating adalah sistem yang dapat mendeteksi atau merekam gerak-gerik selama durasi asesmen berlangsung. Dengan kata lain, anti cheating adalah pengawas ujian.
Layaknya ujian pada umumnya, asesmen ini juga memiliki tujuan untuk menilai kompetensi para kandidat. Tes ini dapat berupa tes psikotes yang berfungsi untuk mencari kecocokan antara perusahaan dengan kandidat. Apabila dalam tes ini perusahaan tidak menggunakan proctoring dan sistem anti cheating, maka akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Bagaimana tidak? Proses rekrutmen yang seharusnya menjadi jalan untuk menemukan karyawan dengan SDM terbaik justru harus berakhir dengan kecurangan. Apalagi, dalam tes online tidak menutup kemungkinan bagi kandidat melakukan kecurangan. Misal mencari jawaban di internet.
Dengan adanya sistem anti cheating pada proctoring, suasana tes akan seperti ujian pada umumnya. Dimana, ada peserta ujian dan ada pengawas. Pengawas dapat melakukan diskualifikasi pada kandidat yang melakukan kecurangan. Hal ini sekaligus akan mengeliminasi calon karyawan yang berpotensi akan merugikan perusahaan.
Selain pada rekrutmen, perusahaan juga dapat menggunakannya untuk asesmen pada karyawan lama. Hal ini berfungsi perusahaan dapat melakukan evaluasi dan mengambil tindakan atas SDM yang mereka miliki. Misalnya asesmen pada karyawan di perusahaan cabang yang tidak memungkinkan mereka datang ke kantor. Sehingga perusahaan bisa menggunakan sistem anti cheating dalam proctoring selama proses asesmen.
Perbedaan Online Assessment dan Offline Assessment
Online assessment dan offline assessment tentu memiliki perbedaan satu sama lain. Bukan hanya terletak pada metodenya, tetapi juga dampak dari pelaksanaannya. Kecanggihan zaman memungkinkan perusahaan mengalihkan asesmen dari offline menjadi online.
Online assessment memberikan banyak keuntungan jika membandingkannya dengan offline assessment. Perusahaan dapat membuat penyelenggaraan assessment menjadi lebih mudah. Anda hanya perlu menyiapkan website assessment, aplikasi, atau perangkat lunak lainnya. Sehingga, perusahaan tidak perlu lagi mencetak kertas dan lembar jawaban ujian.
Apalagi, saat ini banyak aplikasi yang memiliki fungsi tidak hanya untuk sekali pakai. Tetapi, perusahaan juga dapat memakainya berulang kali. Terutama untuk proses rekrutmen karyawan yang biasanya menggunakan pertanyaan template. Dengan ini, perusahaan dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan ongkos cetak, kertas, dan alat tulis.
Penggunaan website membuat kandidat atau karyawan tidak perlu mengeluarkan uang transport. Mereka dapat melakukan ujian di manapun asalkan memiliki jangkauan sinyal internet yang baik. Pada proses rekrutmen, online assessment akan memberikan perusahaan jangkauan lebih luas untuk mendapatkan SDM terbaik.
Baca juga: E Recruitment : Solusi Kemudahan dalam Proses Perekrutan Karyawan
Apa itu Offline Assesment?
Berbeda dengan offline assessment yang mengharuskan perusahaan melakukan persiapan lebih rumit. Seperti, mencetak naskah dan lembar ujian, menyiapkan tempat, menunjuk pengawas, dan masih banyak lagi. Hal itu akan membuang waktu yang ujungnya mengakibatkan inefisiensi waktu kerja.
Apalagi ketika proses asesmen telah selesai. HRD (Human Resource Development) masih sibuk dengan kegiatan memeriksa jawaban satu per satu. Akhirnya, HRD tidak dapat menyelesaikan pekerjaan lainnya. Belum lagi resiko hilang atau rusaknya dokumen assessment. HRD akan menjadi lebih frustasi ketika berkutat dengan ini.
Sedangkan, jika perusahaan melakukan online assessment, maka sistem akan merekam semua jawaban dalam satu dashboard. Sehingga HRD dapat meninjau dan menilai dengan mudah. HRD juga dapat melakukannya dimanapun dan kapanpun. Prosesnya juga menjadi lebih cepat daripada offline assessment.
Namun bukan berarti online assessment tidak memiliki resiko. Online assessment menjadi lebih rentan terhadap kecurangan dan manipulasi jika dibandingkan dengan offline assessment. Sehingga nilainya pun dapat menjadi kurang akurat apabila tidak membekalinya dengan sistem yang dapat mengawasi dan menghindari kecurangan.
Pengertian Online Assessment
Online assessment secara umum adalah serangkaian proses evaluasi yang meliputi keterampilan, kompetensi, dan karakteristik seseorang yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi ini berupa internet, software, dan hardware yang mendukung dalam melakukan penilaian terhadap karyawan atau kandidat karyawan.
Secara sederhana, online assessment adalah tes online melalui website atau aplikasi assesment. Tes ini meliputi penalaran numerik, penilaian penalaran verbal, pemikiran logis induktif, kuesioner kepribadian, dan sebagainya. Tujuan dari online assessment adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, dan keahlian seseorang. Dengan harapan, online assessment akan memberikan penilaian objektif sehingga dapat menghindari praktik KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).
Selain itu, online assessment akan membantu perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan SDM. Misalnya, dalam melakukan promosi, evaluasi, atau bahkan merekrut karyawan. Tentunya dengan cara yang lebih mudah dan cepat karena berbasis online.
Baca juga: Pengertian Applicant Tracking System dan Fungsinya untuk HR
Apa Itu Online Proctoring dan Teknologi Anti Cheating dalam Tes Perekrutan?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, online assessment memiliki resiko tinggi bagi kandidat atau karyawan melakukan kecurangan. Namun, disisi lain, online assessment membuat perusahaan dapat menentukan penilaian objektif yang lebih akurat. Mengatasi hal itu, pengembang software dan aplikasi kemudian memperkenalkan online proctoring.
Online proctoring secara sederhananya adalah sistem yang mengawasi ujian dengan menggunakan teknologi. Biasanya, perusahaan memanfaatkan sejumlah teknologi seperti webcam, mikrofon, dan internet yang stabil untuk melakukan pengawasan.
Secara teknis, pengawas akan mengawasi talenta dengan meminta akses permintaan akses layar. Cara ini menjadi solusi untuk menghilangkan kecurangan seperti mencontek, mencari jawaban via internet, atau bahkan joki ujian.
Selama ini, offline proctoring pun tidak menjamin bahwa hasil ujian adalah real meskipun ujian dilakukan secara langsung dengan peserta dan pengawas bertatap muka. Alhasil, assesment menjadi sia-sia ketika perusahaan ingin melakukan penilaian. Pada akhirnya, keputusan dan strategi pun sering melenceng dan tidak optimal.
Sebagai sistem yang mengawasi ujian, online proctoring harus memiliki teknologi anti cheating. Sehingga, hasil ujian benar-benar akurat dan real. Kandidat atau karyawan juga tidak akan memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan.
Mengingat, implementasi data-driven yang salah akan mengakibatkan HRD mengalami bad hiring. Hal ini pun menjadi sorotan para praktisi HR mengapa perusahaan jarang memiliki talent pool dengan SDM potensial.
Jenis Online Proctoring
Perusahaan dapat menyesuaikan kebutuhan online proctoring masing-masing. Pasalnya, sistem ini memiliki banyak jenis yang dapat teknologi anti-cheating yang membantu mereka untuk melakukan asesmen dengan menjamin kredibilitas. Sebagai pengganti pengawas, teknologi anti cheating akan mengamati peserta assessment. Sistem ini juga akan merekam segala aktivitas termasuk aktivitas yang tidak perlu selama online assessment berlangsung. Berikut ini adalah jenis-jenis online proctoring yang bisa membantu perusahaan untuk mengawasi online assessment.
Live Proctoring
Teknologi ini memungkinkan perusahaan mengawasi secara live dan real time melalui sistem bagi layar dan juga audio video. Teknologi ini seperti melakukan panggilan video dan share screen secara bersamaan. Sehingga, perusahaan dapat melihat tampilan layar perangkat para peserta. Hal ini dapat menghindari kecurangan seperti mencari jawaban di internet, menghubungi teman, dan masih banyak lagi.
Automated Proctoring
Sistem ini memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) secara real time. Model pengawasan ini tidak memanfaatkan manusia. Automated proctoring akan menggunakan analitik canggih dan face recognition yang menandai kecurangan ujian. Misalnya, menggunakan joki ujian.
Recorded Proctoring
Berbanding terbalik dengan live proctoring, sistem recorded proctoring akan merekam seluruh kegiatan. Sehingga, HRD dapat meninjau dan memutar kembali proses selama assessment berlangsung. Rekaman ini mencangkup audio visual dan juga share layar dari para peserta.
Baca juga: Talent Pool : Pengertian, Manfaat, dan Cara Membangunnya
Kesimpulan
Saat teknologi membawa kemudahan maka akan selalu ada masalah baru yang mengikutinya. Sama halnya dengan proses rekrutmen dan online assessment. Pasti selalu menemukan masalah yang harus segera diatasi. Dengan menggunakan online proctoring, perusahaan akan tetap dapat mempertahankan kredibilitas penilaian. Sehingga, perusahaan akan tetap mendapatkan SDM terbaik dan menghindari bad hiring berkat bantuan teknologi.